Manado, MKS
Di lantai 3 ruangan yang apik dan sejuk, Kamis (3/7/2025), Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) menggelar acara Peringatan Hari Sastra Indonesia. Acaranya sederhana tapi meriah. Dihadiri para sastrawan, penulis, pegiat teater dan literasi serta duta bahasa. Ada penampilan teater dan musikalisasi puisi pula.
Hafid Muksin selaku Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa datang jauh-jauh dari Jakarta menghadiri, membuka dan menutup acara tersebut. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa tersebut mengatakan, beliau bangga dengan hadirnya komunitas sastra dan literasi yang memeriahkan acara Peringatan Hari Sastra Indonesia itu.
“Bangga melihat komunitas pecinta sastra dan literasi serta duta bahasa yang hadir. Terlihat sinergi antara komunitas dan Balai Bahasa Sulut sudah terjadi dengan mesra,” ungkap Muksin dengan senyum.
Muksin yang didampingi Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulut, Januar Pribadi berharap atmosfir bersastra dan berliterasi di Bumi Nyiur Melambai mendapat pembinaan dan semakin meningkat mutu kreatifitasnya.
“Diharapkan terus dibina. Lakukan dengan berbagai kreatifitas. Silahkan gunakan fasilitas di Balai Bahasa ini. Supaya boleh berkarya dan kolaborasi sebagai ruang bersama. Dan kami harapkan yang dapat bantuan dana stimulan semakin lebih baik. Semoga juga ada di antara yang hadir bisa menerima. Dan berikanlah kontribusi yang terbaik ya. Kita bangun melalui sastra dan literasi karakter bangsa yang baik dan unggul,” katanya.
Iswan Sual sebagai salah satu narasumber nampak menyambut sangat positif even yang digelar pertama kali oleh Balai Bahasa Sulut ini. Bersama lima narasumber lain beliau berbagi pokok pikiran terkait sastra klasik Tontemboan Minahasa dan tantangan modernitas serta strategi pelestariannya.
“Saya pribadi musti ucap syukur kepada Apo Kasuruang Wangko (Tuhan Yang Maha Esa) karena boleh berkesempatan bertemu dengan para sastrawan, pegiat sastra, pegiat literasi, pegiat teater dan komunitas-komunitas aktif se Sulawesi Utara. Jarang dapat kesempatan sepanggung bersama seperti ini,” ujar caretaker sekaligus pendiri Sanggar Tumondei Minahasa Selatan (STMS) ini.
Sual yang juga Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (MLKI) Dewan Musyawarah Pusat tersebut menekankan pentingnya kembali menguasai bahasa daerah agar bisa mengakses pengetahuan tradisi yang menurutnya berisi nilai-nilai luhur tinggi.
“Kiranya peringatan hari sastra ini menjadi ilham positif bagi kita semua dalam mengarusutamakan upaya penggunaan Bahasa Indonesia sebagai identitas nasional. Tetapi juga wajib dibarengi dengan effort untuk menguasai bahasa daerah. Sebab banyak pengetahuan dan insight yang berisi nilai-nilai luhur, etika moral serta teknologi tersimpan dalam bahasa daerah yang tak bisa diterjemahkan secara harafiah,” kata mantan anggota Teater Ungu FBS UNIMA itu.
Di penghujung acara, Kepala Sub Bagian Umum Balai Bahasa Provinsi Sulut Danar Widyanto melaporkan bahwa ada 85 peserta komunitas literasi, pekerja sastra dan internal Balai Bahasa Sulut yang turut hadir. Dan beliau terkesan karena baru kali itu kegiatan dihadiri peserta secara penuh dari awal sampai akhir.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Sri Sugiharta sebagai Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XII. Narasumber lainnya adalah: Fredy Wowor, Rikson Karundeng, Breivy talanggai dan Faradila Bachmid.